Sejarah
penyakit rabies
Rabies bukanlah
penyakit baru dalam sejarah perabadan manusia.Catatan tertulis mengenai
perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4000 tahun lalu serta pada Kode Babilonia Eshunna
yang ditulis pada 2300 SM. Democritus pada 500 SM juga menuliskan
karakteristik gejala penyakit yang menyerupai rabies.
“
|
Hippocrates, Plutarch, Xenophon, Epimarcus, Virgil, Horace, dan Ovid adalah orang-orang yang
pernah menyinggung karakteristik rabies dalam tulisan-tulisannya. Celsius, seorang dokter di zaman Romawi,
mengasosiasikan hidrofobia (ketakutan terhadap air) dengan gigitan anjing, di tahun 100
Masehi. Cardanus, seorang penulis zaman Romawi menjelaskan sifat infeksi yang ada di air liur anjing yang terkena
rabies. Pada penulis Romawi zaman
itu mendeskripsikan rabies sebagai racun, yang mana adalah kata Latin bagi virus. Pliny dan
Ovid adalah orang yang pertama menjelaskan penyebab lain dari rabies, yang saat
itu disebut cacing lidah anjing (dog
tongue worm). Untuk mencegah rabies di masa itu, permukaan lidah yang diduga
mengandung "cacing"
dipotong. Anggapan tersebut bertahan sampai abad 19, ketika akhirnya Louis
Pasteur berhasil
mendemonstrasikan penyebaran rabies dengan menumbuhkan jaringan otak yang
terinfeksi di tahun1885 Goldwasser dan Kissling menemukan cara diagnosis
rabies secara modern pada tahun 1958, yaitu dengan teknik antibodi imunofluoresens untuk menemukan antigen rabies pada jaringan.
Cara Pencegahan rabies
Pencegahan rabies
pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies,
karena bila tidak dapat mematikan. Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa
diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah terkena gigitan.Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang berisiko tinggi
terhadap terjangkitnya virus, yaitu:
§ Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih
dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan.
§ Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksinasi idealnya dapat
memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar
antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies
harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies
terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara
pencegahan yang harus diperhatikan.
Cara Penularannya :
a. Dari hewan ke hewan
·
Luka
gigitan hewan penderita rabies.
·
Infeksi
vaksin rabies masih mengandung virus yang belum mati.
b.
Dari
hewan ke manusia
- nafsu makan hilang, sakit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual/muntah-muntah.
- Pupil mata membesar, bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan.
- Adanya rasa panas (nyeri) pada tempat gigitan dan menjadi gugup.
- Rasa takut yang sangat pada air, peka terhadap suara keras, cahaya dan angin/udara.
- Air liur dan air mata keluar berlebihan.
- Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan dan akhirnya meninggal dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar